October 31, 2014

REVIEW : FURY


“Ideals are peaceful. History is violent.” 

Tersusun atas setumpuk kisah menarik dengan sudut-sudut yang belum sepenuhnya tereksplorasi, tidak mengherankan apabila Perang Dunia II menjadi salah satu topik perbincangan yang digemari oleh para sineas perfilman dunia. Bukan sebatas disukai di kalangan Blok Sekutu, tetapi merembet pula ke Blok Poros. Setiap tahun, kamu akan menjumpai film yang meletakkan perang akbar ini sebagai landasan utama untuk bertutur dengan kualitas yang beraneka ragam. Walau banyak pula yang tergarap secara baik, akan tetapi Steven Spielberg telah menetapkan standar tinggi untuk ‘war movies’ bersetting Perang Dunia II lewat Saving Private Ryan dua dekade silam sehingga film apapun dari genre ini yang terlahir paska 1998 tidak cukup sekadar berada di tingkatan ‘baik’ melainkan kudu mencapai ‘hebat’. Usai serangkaian rilisan yang timbul tenggelam – bahkan seringkali berlalu begitu saja – dalam beberapa tahun terakhir, David Ayer (U-571, End of Watch) dengan segala keambisiusannya melontarkan Fury yang diharapkan mampu menumbuhkan kembali semangat bagi war movies. Mampukah? 

October 29, 2014

REVIEW : HAPPY NEW YEAR


“In this world there are two types of people, winners and losers. But life definitely gives every loser that one chance in which he can become a winner.”

Apabila kamu mencari orisinalitas pada Happy New Year, nyaris mustahil untuk memperolehnya. Tengok saja pada plotnya: sekelompok pecundang yang terdiri atas sejumlah bintang Bollywood kelas A menyamar sebagai peserta kejuaraan tari tingkat dunia untuk mencuri sebuah berlian berharga. Terdengar, errr... begitu familiar? Sekilas akan membuatmu teringat kepada Ocean’s Eleven, Now You See Me, dan Step Up. Tetapi jika tujuanmu adalah memperoleh hiburan – tentunya ini adalah alasan mayoritas penonton bertandang ke bioskop – dan enggan peduli bahwa sebuah film harus memiliki tuturan kisah yang cerdas pula padat berisi, maka terimalah undangan dari Farah Khan – sebelumnya telah beberapa kali berkolaborasi bersama Shahrukh Khan lewat Kuch Kuch Hota Hai (sebagai koreografer), serta Main Hoon Na dan Om Shanti Om (sebagai sutradara) – untuk ikut berpesta pora dalam film arahannya selama kurang lebih 3 jam. Untuk bisa menikmati ‘pesta’ yang meriah dalam Happy New Year, Farah hanya memberi satu persyaratan kepada penonton: tinggalkan otakmu di luar gedung bioskop. Bersenang-senanglah! 

October 27, 2014

REVIEW : TAK KEMAL MAKA TAK SAYANG


Apabila diperkenankan untuk mengucap kejujuran, sebetulnya hati ini tiada memiliki ketertarikan untuk menyaksikan Tak Kemal Maka Tak Sayang. Well, selain bukan penggemar gaya Kemal Palevi dalam berkelakar di atas panggung, traumatis terhadap film teranyar Raditya Dika – sebagai sesama pelaku stand up comedy – yang begitu mengecewakan ditinjau dari berbagai sisi masih belum sepenuhnya mengenyahkan diri dari pikiran. Lagipula, apa yang menjadi bahan kupasan film yang beranjak dari buku laris berjudul sama rekaan Kemal Palevi ini yah, masih berkisar di kehidupan si comic yang dipenuhi oleh keabsurdan lengkap dengan tragedi percintaannya. Tidak benar-benar ditemui pembaharuan lantaran kurang lebih hanya mempergunakan formula yang diciptakan oleh Dika di film-film miliknya. Dengan hanya berpatokan pada ini, gairah menonton pun gagal terbentuk. Lalu, saya pun memutuskan untuk memberi kesempatan pada Tak Kemal Maka Tak Sayang yang tiada disangka-sangka... ternyata menghibur! Don’t judge a book by its cover, eh? 

October 25, 2014

REVIEW : CHEF


“I may not do everything great in my life, but I'm good at this. I manage to touch people's lives with what I do and I want to share this with you.” 

Saat memutuskan untuk menyantap film yang dikategorikan sebagai ‘food porn’ – well, kurang lebih ini film kuliner – kamu tentu telah mengetahui apa yang akan dihadapi. Pemandangan makanan menggiurkan mata bertebaran sepanjang durasi, menggoda iman perutmu yang senantiasa merintih-rintih memohon untuk diisi dengan sepiring makanan lezat yang kamu saksikan di layar lebar. Godaan yang jelas sangat sulit untuk ditolak. Glek. Bahkan mengantisipasinya dengan mengenyangkan diri bukanlah sebuah solusi terbaik karena pada akhirnya, yah, kamu akan kembali kelaparan. Coba saja saksikan apa yang telah diperbuat oleh Jon Favreau (Elf, Iron Man) di Chef ini. Tanpa memiliki sedikit pun belas kasihan, Favreau membiarkan para penonton ‘tersiksa’ dengan ‘panorama’ cantik yang dihidangkannya sepanjang 100 menit yang akan membuat siapapun mengurungkan niat untuk berdiet... setidaknya pada hari menyaksikan film ini. 

October 21, 2014

REVIEW : 3 NAFAS LIKAS


"Memilih cita-cita yang terpenting adalah apa yang mau kita capai di hari esok dengan cita-cita itu."

Mungkin, mayoritas penonton yang bersedia menyisihkan sedikit uang dan meluangkan sedikit waktu untuk menyaksikan film dengan salah satu desain poster tercantik tahun ini tidak benar-benar mengetahui siapa sosok Likas Tarigan dijadikan sebagai bahan pergunjingan di sini. Namanya begitu asing di telinga. Bahkan ketika kamu mengubek-ngubek buku sejarah untuk mencari latar belakangnya, kemungkinan akan dihadapkan pada jalan buntu saking minimnya (atau bahkan tidak ada!) informasi yang tersedia. Hal ini tentu membuat banyak orang bertanya-tanya terlebih film biopik di Indonesia selama ini umumnya memfokuskan diri terbatas pada tokoh-tokoh besar yang namanya telah dikenal seantero nusantara. “Siapa sesungguhnya Likas Tarigan? Apa yang membuatnya begitu istimewa sehingga dirasa perlu mengangkat kisah hidupnya ke layar lebar?” adalah pertanyaan umum yang menyertai penonton kebanyakan sebelum melangkahkan kaki ke dalam gedung bioskop. Jika kamu benar-benar tidak tahu, biarkan ketidaktahuan itu menyertaimu hingga selesai menyaksikan 3 Nafas Likas untuk memberi daya tarik lebih pada guliran kisah. 

October 15, 2014

REVIEW : THE JUDGE


“My father is a lot of unpleasant things, but murderer is not one of them.” 

Kerinduan cukup besar terhadap sajian courtroom seru a la film dekade 90-an semacam A Time to Kill beserta adaptasi-adaptasi dari novel John Grisham (The Firm, The Rainmaker) yang berisi pengacara-pengacara kelas kakap bersilat lidah mengeluarkan jurus bujuk rayu untuk membuai para juri dengan sesekali diselingi investigasi adalah alasan utama yang mendasari saya menyaksikan The Judge. Tentu, selain ingin menyimak kolaborasi akting Robert Duvall bersama Robert Downey, Jr dalam peran berbedanya di luar Tony Stark maupun Sherlock Holmes di beberapa tahun terakhir ini. Akan tetapi, apa yang lantas tidak disangka-sangka adalah mampu memperoleh lebih dari sekadar keinginan untuk bernostalgia. The Judge bukan saja soal pertarungan sengit antara dua pengacara handal dalam memenangkan perkara di meja hijau, tetapi juga pertarungan ayah-anak dalam meredam ego masing-masing demi melepas masa lalu kelam yang selama ini senantiasa membayangi.  

October 11, 2014

REVIEW : STRAWBERRY SURPRISE


“Aku janji untuk menelan manis, asam, dan pahit hidup ini sama kamu. Aku siap hidupku meledak-ledak nggak tertebak bareng kamu.” 

Sulit untuk mengenyahkan begitu saja dari ingatan duet maut yang diperagakan oleh Reza Rahadian bersama Acha Septriasa melalui Test Pack: You’re My Baby, dua tahun silam. Bahkan, berkat penampilan emosional – sekaligus kemampuan membangun chemistry ciamik bersama lawan main – Acha Septriasa diganjar Piala Citra pertamanya di sini. Keduanya memberikan performa kelas wahid yang membuktikan kelayakan mereka untuk menempati posisi singgasana sebagai aktor-aktris muda terbaik di sinema Indonesia masa kini. Posisi Reza semakin dimantapkan, sementara khusus untuk Acha, tidak ada lagi yang berani meremehkan kemampuan berolah perannya. Ketika ‘pernikahan’ mereka bubar jalan, ada semacam kerinduan untuk menengok kembali pasangan penuh kemesraan ini dipersatukan kembali lewat film layar lebar. Inilah salah satu reuni yang dinanti-nantikan. Starvision yang menyadari penuh keinginan publik untuk melihat Acha dan Reza sekali lagi disandingkan dalam satu frame, mempertemukan keduanya lewat Strawberry Surprise

October 10, 2014

REVIEW : DRACULA UNTOLD


Tunggu, kita mendapat satu lagi film tentang, errr... Drakula? Sepertinya para sineas dunia begitu terobsesi mengeksploitasi makhluk pengisap darah dari novel klasik rekaan Bram Stoker ini sehingga tidak tanggung-tanggung ada banyak bermunculan versi dalam 5 tahun terakhir – termasuk film animasi yang disulih suara oleh Adam Sandler serta serial televisi yang menampilkan Jonathan Rhys Myers. They just can’t get enough of Dracula. Dengan beragam pendefinisian yang telah dilakukan terhadap kehidupan Count Dracula selama ini, maka boleh jadi tidak ada lagi sisi si vampir yang tersisa untuk dicelotehkan. Tapi, kamu tentu tidak berpikir Hollywood akan kehabisan akal, bukan? Jika mereka bisa mengacak-acak sejarah presiden favorit masyarakat Amerika, mengapa tidak untuk sebuah karakter literatur yang memang telah terbiasa menghadapi dekonstruksi? Lagipula, Gary Shore bersama dua rekan penulis skrip, Matt Sazama dan Burk Sharpless, menemukan sisi lain yang terlupakan dari Dracula untuk diceritakan di berbagai filmnya melalui Dracula Untold, yakni asal-muasalnya. 

October 7, 2014

REVIEW : HAJI BACKPACKER


“Ketika kamu mengharap sesuatu, kamu merasa Tuhan mendukungmu. Ketika harapan itu tidak kunjung tercapai, kamu menganggap bahwa Tuhan meninggalkanmu. Itu bukan cinta.” 

Tidak sedikit yang memperkirakan Haji Backpacker adalah perwujudan gambar dari buku panduan bertamasya dengan bujet secekak mungkin – secara spesifik, naik haji tanpa merogoh kocek dalam-dalam – yang akhir-akhir ini banyak kamu jumpai tersusun rapi di rak-rak toko buku. Dugaan ini beralasan mengingat buku berjudul sama rekaan Aguk Irawan pun berceloteh kurang lebih serupa, walau memoar ini lebih mengisahkan pada perjuangan seorang mahasiswa Indonesia berekonomi lemah yang tengah menimba ilmu di Mesir untuk menyempurnakan rukun Islam lewat cara ‘ngebolang’. Jika kamu benar-benar berharap Haji Backpacker akan memberikanmu tips bagaimana caranya beribadah haji murah meriah, maka bersiaplah buat kecewa karena jelas bukan itu yang ingin diutarakan oleh Danial Rifki (La Tahzan). Ini lebih kepada perjalanan spiritual seorang Hamba Allah dalam menemukan kembali keimanannya yang sempat terenggut oleh luapan amarah yang tak terbendung. 

October 3, 2014

REVIEW : THE EQUALIZER


“Progress. Not Perfection.” 

Seberapa jauh kamu mengenal orang yang nyaris setiap hari berada di sekelilingmu; rekan kerja, teman seperjuangan dalam menimba ilmu, atau tetangga? Ketika kamu mengira telah mengetahui semua tentangnya, sejatinya tanpa disadari... itu hanyalah sebagian kecil. Bahkan bisa jadi bukan kenyataan sebetulnya. Mungkin dia memang memiliki hati yang tulus, tetapi mungkin saja dia pembunuh berdarah dingin. What do we know? The Equalizer yang diadaptasi dari serial televisi angkatan 80-an berjudul sama adalah contoh sempurna bagaimana kita merasa telah mengenal baik rekan kerja yang duduk di meja sebelah, tetapi sesungguhnya tidak sama sekali. Dikemas melalui gelaran action-thriller, kolaborasi reuni bagi Denzel Washington dan Antoine Fuqua setelah Training Day (2001) yang menghantarkan piala Oscar untuk Washington ini jelas bukanlah sesuatu yang seharusnya kamu pandang sebelah mata karena sajiannya yang begitu seru, menegangkan, serta brutal. Sulit untuk menolak daya pikatnya. 

October 2, 2014

REVIEW : ANNABELLE


Ada banyak motivasi menyertai saat penonton memutuskan menyisihkan uang dan waktu untuk menyaksikan The Conjuring. Bisa dipastikan, salah satunya adalah kepenasaran terhadap sosok Annabelle, boneka berbentuk gadis cilik, yang keseramannya digadang-gadang mampu menyaingi Chucky yang memiliki kegemaran membantai manusia. Sebagai salah satu magnet utama yang menarik penonton untuk berduyun-duyun mendatangi bioskop, maka tiada mengherankan saat The Conjuring memperoleh respon menggembirakan dari berbagai kalangan, Annabelle pun kena getahnya. Jatah tampil yang minim – sementara keingintahuan terhadap sepak terjang boneka setan ini masih begitu besar – membuat pihak studio memutuskan untuk menciptakan film tersendiri untuknya. Mengeksplorasi lebih jauh kekejaman dari si boneka yang kalah saing dari Bathsheba di film arahan James Wan tersebut. 

October 1, 2014

[Preview] DAFTAR FILM INDONESIA SIAP RILIS OKTOBER 2014


Selamat datang di bulan Oktober dan bersiaplah untuk menyambut Halloween. Walau tradisi tahunan ini tidak dirayakan secara khusus di Indonesia, namun sejumlah sineas dalam negeri tidak ingin kehilangan momentumnya sehingga, yah, Anda akan menjumpai sederetan film seram bulan ini. Tetapi jika genre ini bukan selera Anda, tak usah risau karena masih banyak pilihan lain seperti film tentang dunia sepak bola, drama penguras air mata, kisah reliji, biopik, romansa remaja, hingga komedi yang menyasar penggemar stand up comedy

Untuk lebih lengkapnya, inilah film-film Indonesia yang dirilis pada Oktober 2014:
Mobile Edition
By Blogger Touch